Teman teman Blogger

Bonda uminas Hajjah Khatijah Awang telah meninggal dunia pada hari Khamis 3.25 pagi 19hb Mei 2011. Hadiahkan Al Fatihah dan doa moga arwah sentiasa dilapangkan dan ditempatkan bersama hamba hambaNya yang soleh dan solehah. Moga Allah membalas kebaikan kalian dengan ganjaran pahala yang berlipat ganda. Al Fatihah.

Isnin, 19 Oktober 2009

Shafiyah



"Berhenti! Kurang ajar! Gadis gilaaa!!"

Shafiyah berlari lincah. Zig zag dan seketika menyelinap di antara kerumunan manusia. Meninggalkan dua tentara Israel yang mengejarnya dengan nafas termengah-mengah.

"Gadi gila! ia menikam Simon dan mengambil senjataku!" seru tentara yang berbadan besar sambil terus mengejar. "Ia mengambil uangku! Sial!!!" geram si Israel botak. Mereka berdua menatap kejauhan setengah berjinjit. Kemana gadis itu? Seperti hilang di tengah maraknya pasar. Dan...napas si botak mulai terdengar ngik-ngik. Tarik naps, hembuskan. Atur nafas.., pelan-pelan. Kelihatannya capek sekali!

Shafiyah tertawa-tawa. Agak jauh ia berhenti, mengusap peluh di dahi dengan ujung jilbabnya. Sebuah senjata dan sebuah dompet dengan uang yang lumayan! Surat-surat penting? Wah, dirobek-robek kecil saja dan..seru juga kalau dibuang di sepanjang jalan pasar! Shafiyah nyengir, sibuk membolak balik isi dompet. Sesekali ia melihat ke belakang, mencari dua tentara Israel yang baru saja diperdayanya! Nah.., nah.., itu si botak dan temannya! Susah payah menyeruak kerumunan pasar!

Shafiyah menyimpan belati di balik kaos kaki, dompet di dalam sakunya, menyandang senapan rampasan dan..hup! Melompat dan berlari lagi... DOR! DOR! DOR!

Akhirnya.., keluar juga letusan itu! Pengecut! Shafiyah berlari lebih cepat. Seperti ada kekuatan penuh yang mendorongnya laju bersama angin. Begitu ringan. Seperti terbang. DOR! DOR! DOR!

Orang-orang di Pasar menyingkir. Panik! Tiba-tiba... "Siapa yang kalian kejar?" "Ya, biar kami bantu!" Satu, dua, lima.., sepuluh tentara Israel yang tengah berjaga-jaga di sekitar di Pasar Wahd, lengkap dengan senjata laras panjang mereka, bergabung dengan dua tentara tadi. "Si perampas! Kami mengejar si perampas!!" "Ya, dia sangat berbahaya! Dia membunuh satu rekan kami!" "Mana pemuda itu?" tanya mereka serempak. Buas. Orang-orang di Pasar yang mendengar percakapan itu menyimpan tawa.., juga doa. Shafiyah! Orang-orang kafir itu pasti tengah memburu Shafiyah! Muslimah kecintaan Gaza!

"Assalamu'alaikum!" Beberapa suara berat menjawab salam Shafiyah. Suara Abu Umar dan beberapa anggota Izzudin Al Qosam. "Dua laras panjang, tiga laras pendek, sekantong uang dan empat granat tangan," Shafiyah menyerahkan semua itu dari balik pintu. "Apakah Abu Umar berkenan menerimanya?"

Abu Umar menguakkan pintu. "Tidakkah lebih baik ukhti fillah Shafiyah masuk? Istri saya ada dibelakang." "Maaf, saya terburu-buru." "Kalau begitu jazakillah khoiron. Fii amanillah ukhti mujahidah!"

"Allahu Akbar! Assalaamu'alaikum!" pamit Shafiyah.

Dan seperti hari-hari kemarin, suara-suara berat itu mejawab salam tersebut dengan penuh semangat seraya tak henti mendoakan Shafiyah.

"Siapakah dia sebenarnya Abu Umar?" "Ya, berapa umurnya? Di mana tempat tinggalnya? Siapa saja keluarganya?" "Ishbir, ya Jabir," Abu Umar tersenyum pada pemuda yang bernama Jabir itu. "Nanti kujelaskan."

Jabir tertunduk malu. Ia tahu para ikhwah masih tersenyum-senyum memandangnya. Dan..bukankah di antara yang hadir hanya dia yang belum menggenapkan separuh diennya?

Shafiyah, Shafiyah. Tiba-tiba nama itu terus muncul di benaknya. Turun memasuki relung-relung hatinya. Membawa pendar cahaya. Ah, jabir menepisnya. Astaghfirullah.

"Aku mengenalnya setahun lalu di Ummu Shabrah anNaqb. Ketika aku melewati jalan sepi di daerah itu bersama istriku, aku melihat gadis. Dia mengikat seutas tambang pada sebuah pohon besar dan turun ke dalam sebuah lubang, semacam sumur. Kami memperhatikannya dan terkejut ketika melihatnya mengangkat kerangka manusia dari sumur tersebut.."

Hening. Semua seakan menahan napas mendengar cerita Abu Umar. "Ke..rangka, maksud Abu Umar, sumur tempat pembantaian massal itu.., Shafiyah.."

"Ya, ia yang menemukannya. Dan kami bersama-sama pada akhirnya menyebarluaskan hal tersebut sehingga banyak ikhwah yang membantu menguburkan kerangka korban Israel beberapa tahun lalu itu." "Berani sekali," komentar Jabir. "Masya Allah." Yang lain melirik Jabir penuh arti.

"Shafiyah sangat keras, tengar. Mungkin karena pada usia empat belas tahun ia harus melihat orangtua dan kakaknya tewas ditembak tentara Israel ketika baru keluar dari rumah mereka. Ia lolos karena keistimewaan yang diberikan Allah padanya. Pelari. Ia seorang pelari cepat dan ahli bela diri." "Lalu di mana tempat tinggalnya?" tanya seorang pemuda. "Aku pernah mengajaknya tinggal bersamaku, tetapi ia masih memiliki seorang paman di Kfar Darom. Di sana pun ia tak sering. Ia tahu, bisa saja para tentara Israel mencari-carinya. Kini usianya tujuh belas tahun."

Pagi itu Shafiyah asyik mencubit-cubit bibir bawahnya. Ia sedang mencari akal untuk dapat merampas senjata milik dua tentara Israel tak jauh di hadapannya. Keningnya masih berkerut ketika tiba-tiba.. Entah dari mana datangnya terdengar gemuruh suara para tentara Israel, tank dan hingar bingar tembakan senjata di Nablus!

Wah, kalau begini bagaimana bisa kurampas, suaranya sendiri. Tapi Shafiyah ingin tahu apa yang terjadi. Lalu seketika dilihatnya barisan kaum muslimin. Para lelaki yang mengenakan kafiyeh sebagai penutup muka begitu banyak! Mereka menyerukan takbir dan yel-yel HAMAS! Mereka datang dari Universitas Najah! Para mahasiswa!

"Kita semua adalah Sholahudin, adalah Ayyash dan Imad Ageel! Hidup Syekh Ahmad Yasin! Usir Israel dari Jabal Abu Gneim! Bebaskan Palestina dengan darahmu! Allahu Akbaaarrr!" teriak mereka sambil melempari Israel dengan batu.

Tanpa berpikir lagi, Shafiyah bergabung dengan barisan muslimin. Memunguti dan melempari para iblis itu dengan batu-batu yang berserakan di sekitar sana! Ini adalah protes atas arogansi Netanyahu dan Mentri Pertahanan Israel Yitzhak Mordechai yang akan membangun pemikiman Israel di Har Horma (Jabal Abu Gneim)! pasti itu! Shofiyah tahu, itulah kebiadaban Yahudi Israel yang sambil membantai dan menyembelih kaum muslimin masih sibuk mempersiapkan berbagai 'pesta' pembangunan penduduk Palestina dari negerinya sendiri! Juga dalih-dalih bahwa Israel, mereka adalah 'anak manis' yang cinta damai dan hanya membela diri dari para teroris Palestina!!! Gila! Tentara-tentara Israel makin buas. Suara senjata dan bom bersahutan di udara. gas air mata terus disemprotkan pada para mahasiswa.

Shafiyah berlari! Mendorong seorang tentara Israel ke tempat penuh kepulan asap gas air mata, sambil merampas senjatanya. Kemudian ia berlalu begitu cepat. Seorang lagi tentara yang lengah diperlakukan serupa. Ketika tentara itu melawan, Shafiyah menendang tempurung lututnya hingga ia terjerembab!

Keributan semakin meluas. Kini para tentara kian biadab. Shafiyah melihat sendiri seorang kakek tua diinjak-injak tiga tentara Shafiyah melempar senjatanya pada seorang pemuda berkafiyeh. "Tembak!" Pemuda itu tercenung sesaat, hanya sesaat. Kemudian ia menembak ke arah tentara Israel tanpa henti, hingga pelurunya habis.

Senja hari berdarah di Nablus. Langit, bumi dan bebatuan menjadi saksi. Tentara zionis Israel telah membuktikan lagi kebiadaban mereka. Tubuh-tubuh penuh luka yang bergelimpangan mereka tinggalkan. Puluhan pemuda mereka tangkap. Beberapa tewas dengan wajah yang tak bisa dikenali.

Shafiyah berlari menuju rumah Abu Umar. Air matanya berderai-derai. Dalam ransel tua di punggungnya ada beberapa barang rampasan walau tak banyak. Tiba-tiba, tak jauh di hadapannya, kembali dilihatnya tiga tentara Israel mendorong-dorong tubuh seorang pria. Shafiyah terkesiap. rasa-rasanya ia mengenal pemuda ini. Siapa dan di mana? Di letakkannya ranselnya di balik sebuah pohon besa...

"Katakan saja kau orang HAMAS!" "Ya, ayo katakan! Cepaaat!!"

Shafiyah menangkap jelas perkataan itu. Dan...Shafiyah merasa ia tak bisa meninggalkan pemuda tersebut dalam kesulitan. Harus ada sesuatu yang dilakukannya untuk menolong! Jangan sampai pemuda itu dibunuh! Ya, pemuda Hamas, batalyon Izzudin Al Qossam! Dada Shafiyah berdebur keras saat ia makin dekat. Dilihatnya sang pemuda menatap dua orang kafir itu dengan pandangan menantang.

"Dasar suami tak bertanggung jawab!! Anakmu menangis di rumah, dan aku yang sakit ini harus mencarimu! Kerjamu hanya menghabiskanuang saja..," kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Shafiyah. Dilihatnya pemuda itu terbelalak.

"Kau terkejut?" Shafiyah memegang ujung baju pemuda itu dan menariknya. "Pulang!! Pulang! Pulang kubilang!! Lelaki tak tahu diri!"

Tiga tentara itu tertawa-tawa. "Istrinya cerewet.." "Mari kita pergi, biar saja ia dimarahi sampai besok pagi!" "Ya..ha..ha..ha...ha.."

"Pokoknya mulai sekarang, kalau mau hidup seperti ini terus, ceraikan aku! Ayo, apa kau berani ya Aba Abbasss??? SSSt.., maafkan, akhi..saya..saya...dasar lelaki tak tahu diuntung! Cepat pulang!!"

Pemuda itu masih kebingungan. Shafiyah melihat tiga tentara itu berjalan menjauhi mereka masih dengan tertawa-tawa. Dan ketika mereka benar-benar telah jauh, tanpa berkata apa pun Shafiyah dengan wajah merah berlari dari hadapan pemuda itu, mengambil ranselnya di balik pohon dan kembali berlari. Jabir, pemuda itu cuma tergangga. Luar biasa tipu daya muslimah ini! Shafiyah? Apakah dia Shafiyah? Jabir tak yakin. Yang pasti hampir saja identitasnya terbongkar! Masya Allah...!

Sebelumnya, Jabir tengah mengendap-endap di balik semak tempat tentara-tentara itu beristirahat. Ia tak kuasa membendung kekagetannya ketika mendengar pembicaraan ketiga orang zionis itu.

"Mampuslah orang-orang Palestina!"

"Ya, kau tahu Shin beth dan Mossad akan melakukan hal itu lagi."

"Hal apa??"

"Meledakkan bom bunuh diri ala bom syahid mereka..."

"Bagaimana mungkin?" "Ya, siapa di antara bangsa kita yang mau berkorban membawa bom seperti itu?"

"tak ada.."

"Lantas?"

"Mossad memasang bom kecil yang hampir serupa dengan kancing baju di tubuh seorang agen tanpa dia mengetahuinya. Lewat sinyal yang ada, mereka memantau ke mana agen itu pergi, dan meledakkanya sesuka hati lewat alat pengendali yang mereka pegang."

"Hebat tapi megerikan."

"Ya, bahkan kalau perlu diledakkan di pemukiman Yahudi."

"Apa kau bilang??"

"Untuk lebih memojokkan HAMAS. Kehilangan puluhan orang tak berarti. Bangsa kita banyak dan yang penting simpati dunia. Sudahlah, jangan bicarakan itu lagi!"

"Ya, aku jadi was-was. Jangan-jangan suatu ketika..keluarga kita.."

"Ah, lupakan semua itu!"

Tentara-tentara itu masih berbincang walau dengan lain topik. Kali ini tentang seorang artis top Israel yang menjadi cover di harian Haarets. Sementara tubuh Jabir masih bergetar mendegar kekejian tersebut. Ia jatuh tersandung ranting pohon dan menimpa orang-orang itu. Begitulah kisahnya. Jazakillah, Shafiyah! Kini informasi yang didapatnya bisa sangat berguna!

Malam itu di Gaza, dalam sebuah bilik kecil... Shafiyah asyik mengamati sosok dalam foto yang ditemukannya di dompet seorang tentara Israel. Aneh, bukan foto siapa-siapa. Entahlah. Ada tulisan dibawahnya. Rambo-Amerika. Shafiyah mengangkat bahunya. Foto model atau aktor barangkali. Kekar dengan berbagai senjata yang melingkari tubuhnya. Belati-belati. Senjata api, granat, isi peluru yang berjuntai bagai kalung.

Yap! Shafiyah bangkit dari duduknya. Perlahan diambilnya tali tipis. Dirangkainya beberapa granat tangan temuannya bagai kalung. Dua senjata laras panjang di sandangnya di punggung. Beberapa pisau dikumpulkannya dalam tas plastik yang diikat dipinggang. Juga beberapa peluru. "Rindunya aku padaMu ya Robbi..,' katanya sambil tersenyum tanpa beban. Tak lama ia sudah membenahi semua itu. Sebuah rencana siapa dimainkan!

"Bagaimana Abu Umar?"

"Tidak, Shafiyah. Aku tidak setuju."

"Tetapi.."

"Seorang wanita, mendatangi markas Israel sendiri, mengambil senjata-senjata untuk dibawa para ikhwah dan meledakkan diri bersama puluhan tentara israel. Tidak, Shafiyah."

"Saya ikhlas," lirih Shafiyah. Disebelahnya Ummu Umar yang tengah menggendong bayinya menepuk-nepuk pundah Shafiyah. "Saya ingin."

"Itu kerja yang lebih tepat bagi lelaki!" kata Abu Umar.

"Ya, saya yang akan melakukannya!"

"Tidak, saya saja!"

"Insya Allah saya!! Saya!!"

Ruang depan rumah Abu Umar tiba-tiba riuh rendah oleh suara beberapa anggota HAMAS.

"Sssst!!"

Senyap.

"Saya yang akan pergi. Ijinkanlah!" kata jabir tenang. "Ide Shafiyah bagus sekali dan harus segera dilakukan. Apalagi sekarang ini kita sangat membutuhkan senjata untuk melawan kebiadaban mereka. Untuk membebaskan negri ini dari penjajahan keji mereka!!" Pembicaraan terus berlanjut. Semua hampir sepakat Jabir yang akan menunaikan tugas.

Setelah membantu Ummu Umar menyiapkan hidangan, Shafiyah pamit. Ia ingat lepas Maghrib paman akan menjemputnya di bilik kecilnya. Shafiyah ke luar lewat jalan belakang setelah merangkul dan mengucapkan salam pada Ummu Umar. Pikirannya melayang pada rencana-rencana yang akan dilakukannya untuk memperdaya tentara-tentara Israel yang gila itu. Ia menoleh sesaat ke belakang dan sempat melihat seseorang mengetuk pintu rumah Abu Umar.

Mata Shafiyah mengerjap picing dan sebelum ia menyadari apa yang terjadi.., sebuah ledakan yang sangat keras terdengar di udara! muntahan api di mana-mana! Dalam sesaat rumah Abu Umar hancur lebur! Mulut Shafiyah ternganga, matanya terbelalak dan kepalanya pening! kakinya yang semakin lemas terpaku di tempat. Nyaris tak bergerak. Sesuatu menjalar di sekujur tubuhnya. Api! Bara! Amaraha yang tak tertahan! Satu persatu diseretnya langkahnya. Berat sekali. Abu Umar, Ummu Umar dan bayinya yang masih merah, para anggota HAMAS.., airmata Shafiyah menetes-netes. Allah, Allah, Allah,. Sepanjang jalan hanya Allah yang dipanggilnya!

Sebulan berlalu.

Suatu malam, seorang wanita melewati Pusat Komando Tentara Israel. "Hai, nona cantik!" Siulan liar segera menyergap wanita itu. "mari, sini!" Seorang tentara mencoba meraihnya. Dengan sigap wanita itu berkelit. Hup, hup, hap! Tiga pisau menancap tepat di jantung dan wajah tentara-tentara itu. Wanita tersebut segera merampas senjata mereka.

"Terimakasih. Jangan kalian lupakan aku. Aku Shafiyah, tak akan membiarka kalian tidur nyenyak di atas genangan darah kaum muslimin Palestina!" Seorang dari mereka mencoba membunyikan alarm. Shafiyah mengambil granat tangan dari dalam saku dan membuka picu granat dengan mulutnya. "Tidaaaaaaaaaaakkkkkkk!!!" "Terimalah!"

Shafiyah berlari bersama angin malam. Suatu ledakan keras terdengar di udara! Tubuh puluhan tentara penghuni barak pecah berserakan di bumi! Shafiyah masih berlari bersama angin. Bersama Allah. Ya, seperti terbang.

Wassalam

Ukhti

Rasullah SAW bersabda: Allah SWT. memuliakan orang-orang yang mati syahid (memperjuangkan agama Allah) dengan lima kemuliaan yang tidak diberika kepada salah seorang dari para nabi, bahkan aku pun tidak. Salah satu dari yang lima itu ialah bahwa ruh -ruh para nabi itu dicabut oleh Malaikul Maut, dan dia pun yang akan mencabut ruhku; sementara orang-rang-orang yang mati syahid, ruhnya dicabut oleh Allah Swt. dengan kekkuasaan-Nya bagaimana saja Dia mau; bahkan Allah Swt. tidak menguasakan Malaikul Maut untuk mencabut ruh mereka."

"Kedua, setelah mati, semua nabi dimandikan mayatnya, dan mayatku pun setelah mati akan dimandikan, sementara mayat para syuhada tidak dimandikan, dan mereka tidak memerlukan air dunia."

"Ketiga, bahwa jasad para nabi itu dikafani, dan jasadku pun pasti dikafani, sementara jasad atau mayat para syuhada tidak dikafani (tidak diberi kain kafan)."

"Keempat, bahwa para nabi, jika telah mati, maka mereka disebut mayit, dan aku, jika telah mati, akan dikatakan, bahwa Muhammad telah wafat; pdhal orang-orang yg mati syahid tidak disebut amwat (mayat-mayat atau telah mati)."

"Kelima, bahwa para nabi diberi (hak memberi) syafa'at (pertolongan) pada hari kiamat, dan aku pun diberi hak syafa'at pada hari kiamat. Sementara, para syuhada, dapat memberi syafaat setiap hari untuk orang yang berhak mendapatkannya."

Subhanallah. Ingatlah Allah PASTI menepati janjiNya.


Sumber:Laman Mutiara

Tiada ulasan:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails